Sejak awal pekan ini rupiah terus mengalami tekanan. Demonstrasi yang berlangsung di berbagai daerah di Indonesia selama dua hari membuat Mata Uang Garuda melemah masuk ke zona merah.
Mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat sipil menyuarakan aspirasi seputar penolakan terhadap RUU KUHP, RUU Pertanahan, pelemahan KPK, kebakaran hutan dan lahan, penanganan konflik Papua, dan sebagainya.
Saat situasi sosial-politik-keamanan sedang kurang kondusif, pelaku pasar tentu merasa kurang nyaman. Investor tentu lebih memilih bersikap wait and see atau memutuskan untuk keluar dulu sembari menunggu situasi tenang kembali.
Sejak Rabu lalu, situasi di dalam negeri mulai tenang, tetapi munculnya rencana pemakzulan Presiden AS Donald Trump membuat sentimen pelaku pasar kembali memburuk, bursa saham berguguran, serta memberikan tekanan ke rupiah.
Kala sentimen pelaku pasar memburuk, aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi akan dihindari, dan aset-aset aman (safe haven) menjadi investasi favorit.
Selain itu, sejak Rabu, dolar AS juga sedang perkasa dan berlanjut hingga hari ini, Dampaknya, rupiah tidak sanggup bangkit.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam, pada hari Rabu menguat 0,71%, kemudian Kamis kemarin naik 0,1%, dan hari ini masih perkasa di level 99,15. Posisi saat ini juga tidak jauh dari 99,37 yang merupakan titik terkuat lebih dari dua tahun terakhir yang dicapai pada 3 September lalu.
Beratnya tekanan-tekanan tersebut membuat rupiah gagal memanfaatkan sentimen bagus dari rencana berlanjutnya negosiasi dagang AS-China.
Negosiasi dagang tingkat tinggi antara AS dan China di Washington akan digelar pada tanggal 10 dan 11 Oktober mendatang, seperti dilansir CNBC International yang mengutip tiga orang sumber yang mengetahui masalah tersebut. Salah seorang sumber menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin delegasi dari China.
Sebelum pemberitaan ini dipublikasikan oleh CNBC International, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Beijing telah membeli kedelai dan daging babi asal AS dalam jumlah besar menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara.
Pengumuman ini merupakan sebuah perubahan sikap yang signifikan dari pihak China, mengingat pada bulan lalu Beijing memutuskan untuk menghentikan seluruh pembelian produk agrikultur asal AS. Selain itu Presiden Trump juga mengatakan kesepakatan dagang dengan China akan segera terjadi, bahkan lebih cepat dari perkiraan pasar.
"Mereka (China) ingin membuat kesepakatan, dan itu bisa terjadi lebih cepat dari yang Anda duga. Saya bersikap baik kepada mereka, dan kami melakukan pembicaraan yang positif. China mulai membeli kembali produk agrikultur kami seperti daging sapi dan babi, banyak sekali daging babi," ungkap Trump di New York, seperti diberitakan Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(pap/tas)
"masa" - Google Berita
September 27, 2019 at 01:09PM
https://ift.tt/2lACgaH
Duh Rupiah, Masa Mau Melemah Lima Hari Beruntun? - CNBC Indonesia
"masa" - Google Berita
https://ift.tt/2lkx22B
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Duh Rupiah, Masa Mau Melemah Lima Hari Beruntun? - CNBC Indonesia"
Post a Comment