-
Oleh Rini Sugiarti
-
Sabtu, 2 Mei 2020 | 00:03 WIB
" Pandemi virus korona yang awalnya merupakan masalah kesehatan menjadi masalah ekonomi. Bahkan, saat ini merembet menjadi masalah sosial. "
KATA Corona (SARS-CoV-2) dan Coronavirus disease 2019 (Covid-19) semakin sering dibahas, semenjak menjadi pandemi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Terutama Covid-19 menjadi pusat perhatian di sejumlah negara lantaran kasusnya yang kian meningkat hingga World Health Organization (WHO) menetapkan virus tersebut menjadi pandemi global sebagai musuh kemanusiaan. Kemudian dipertegas oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan menetapkannya sebagai pandemi nasional 2020.
Penyebaran virus korona (Covid- 19) semakin menimbulkan keresahan dan kekhawatiran di tengah masyarakat Indonesia. Semakin banyak warga yang terpapar dari hari ke hari. Pemerintah Indonesia pun mengeluarkan kebijakan social distancing, physical distancing untuk memutus mata rantai penyebaran virus korona yang mematikan ini. Bahkan untuk mempercepat penanganan Covid-19, Presiden sudah menyetujui diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), terutama untuk daerah yang menjadi episentrum atau pusat penularan Covid-19.
Rasa takut dan kepanikan masyarakat, ditandai dengan membeli barang-barang kebutuhan pokok secara berlebihan, memborong masker dan hand sanitizer, serta perasaan ketidakjelasan akan kondisi masa depan menghantui sebagian besar masyarakat kita. Akumulasi kondisi psikologi masyarakat yang merasa tertekan menimbulkan stres. Hal ini tampak dari merebaknya protes, semakin banyaknya komplain, dan masyarakat mulai cemas dengan bayangan pendapatan yang tidak pasti, sampai dengan sebagian warga memutuskan mudik meski mengetahui bahwa tindakan tersebut sangat berisiko.
Bagi sebagian masyarakat dengan pendapatan cukup atau lebih mungkin tidak begitu terasa. Namun sebaliknya, kondisi ini menjadikan hantaman kuat bagi warga masyarakat yang dalam kesehariannya mengandalkan penghasilan secara langsung seperti penjual keliling, pedagang pinggir jalan, sopir, dan masyarakat kecil lainnya. Pandemi virus korona yang awalnya merupakan masalah kesehatan menjadi masalah ekonomi. Bahkan, saat ini merembet menjadi masalah sosial. Bayangan kemiskinan, kekacauan ekonomi merupakan risiko potensial merentankan kehidupan sosial bangsa. Kerentanan sosial ini jika tidak ditangani secara efektif, justru akan mematikan kita, melebihi bahaya pandemi kesehatan itu sendiri.
Tidak mudah untuk merasa positif dalam masa-masa sulit ini, apalagi dengan bayangan ketidakpastian akan berakhirnya masa pandemi. Secara psikologis, kita dihadapkan pada pilihan cara survive untuk bersama-sama dapat melewati masa krisis dan penuh tekanan ini. Keberhasilan melewati masa ini, memerlukan saling support sehingga semua bisa mengatasi masa krisis ini dengan baik. Dalam menghadapi pandemi global Covid-19, masyarakat secara ideal bahu membahu melawan virus. Ambil contoh Jepang, meskipun jamak diketahui bahwa hubungan diplomatik dengan Tiongkok kurang harmonis, namun dalam kasus pandemi ini telah mengirim satu juta masker sebelum mengevakuasi warganya yang berada di Wuhan, Tiongkok.
Pandemi nasional sejatinya dapat menjadi media refleksi kita sebagai anggota masyarakat untuk menumbuhkan perilaku empati. Empati dari perspektif psikologi dikatakan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dengan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Dengan kata lain, empati adalah kemampuan mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain. Rasa empati menciptakan keinginan seseorang untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri sendiri dan orang lain. Secara berbeda, empati bisa juga disebut sebagai suatu respons afektif dan kognitif yang kompleks terhadap penderitaan orang lain (Baron, Bryne, & Branscome;2007).
Karakter Empati
Lantas, bagaimana dengan masyarakat Indonesia? Empati sangat wajib kita tunjukkan dalam kiprah perilaku nyata. Dari perspektif nilai, bangsa Indonesia dikenal memiliki kearifan lokal yang sudah diakui oleh dunia internasional. Bangsa Indonesia dikenal dengan keramahan dan kesopanannya. Juga, karakter keindonesiaannya yang guyup, rukun, gotong-royong sudah mendunia, termasuk di dalamnya karakter empati. Secara operasional perilaku empati apa yang dapat kita lakukan dalam pandemi nasional ini. Empati memungkinkan kita untuk membayangkan bagaimana seandainya aku di posisi dia/orang lain, dan berani memberikan sebagian miliknya kepada pihak lain.
Perang melawan virus korona adalah arena perjuangan kemanusiaan, bukan arena persaingan politik maupun ekonomi. Secara kemanusiaan, sangat tidak tepat jika kita menyebarkan berita hoaks untuk kepentingan politis atau pihak tertentu sehingga menimbulkan kecemasan, memborong sembako dan alat kesehatan seperti hand sanitizer atau masker secara berlebihan sehingga tidak memberikan kesempatan bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan lebih untuk membeli. Perilaku pedagang untuk menjual barang dengan harga berkalikali lipat karena memanfaatkan kepanikan masyarakat, bahkan lebih ekstrem dan memilukan hati dengan adanya berita penolakan pemakaman jenazah korban Covid-19 oleh warga.
Ingat, sikap dan perilaku empati adalah bagaimana menempatkan posisi kita seandainya berada di posisi dia/orang lain. Langkah baik empati yang dapat kita lakukan adalah dengan saling berbagi. Berbagi informasi yang menyejukkan dan menimbulkan iklim positif serta optimistis terhadap masa depan. Berbagi rasa dan saling menguatkan dengan sesama warga masyarakat sehingga tercipta suasana kondusif. Berbagi sebagian yang kita miliki untuk kegiatan kemanusiaan, dengan menyalurkannya pada lembaga yang tepat. Membangun empati merupakan bagian dari upaya memperkuat pembangunan karakter bangsa untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. (46)
—Dr Rini Sugiarti MSI Psikolog, dekan Fakultas Psikologi Universitas Semarang (USM).
"masa" - Google Berita
May 02, 2020 at 12:03AM
https://ift.tt/3aVwdkH
Membangun Empati di Masa Pandemi - suaramerdeka.com - Suara Merdeka CyberNews
"masa" - Google Berita
https://ift.tt/2lkx22B
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Membangun Empati di Masa Pandemi - suaramerdeka.com - Suara Merdeka CyberNews"
Post a Comment