KOMPAS.com - Film Joker akhirnya tayang di Indonesia sejak awal Oktober 2019.
Karakter yang diperankan oleh Joaquin Phoenix tersebut sukses membuat penonton larut dalam kisahnya.
Sosok Joker ternyata telah ada sejak lama. Tokoh ini adalah salah satu penjahat tertua dalam sejarah komik.
Karakter Joker pada awalnya diceritakan sebagai musuh utama Batman dan muncul pertama kali dalam Batman Issue No.1 pada tahun 1940-an.
Sepanjang eksistensinya, karakter Joker mengalami perubahan.
Dalam salah satu artikel yang tayang di Business Insider, Joker telah berganti karakter sebanyak empat kali. Semuanya merupakan karakter yang sama sekali berbeda.
Cerdas
Penampilan awal Joker dalam komik berbeda jauh dengan Joker yang diperankan oleh Joaquin Phoenix.
Karakter penjahat utama tersebut digambarkan sebagai seorang yang cerdas, licik, kejam, dan serakah.
Ia melakukan serangkaian pembunuhan dan mencuri perhiasan berharga.
Baca juga: Joker dan Ungkapan Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti dari Kacamata Psikolog
Selain itu, karakter Joker dalam penampilan perdananya juga gemar mengumumkan kejahatannya di radio, bahkan sebelum aksi itu dilaksanakan.
Karakter Joker dalam komik pertama ini menujukkan kecerdasan tingkat tinggi.
Ia tak hanya mampu melakukan pembunuhan dan pencurian, tetapi juga bisa menggunakan pikirannya untuk memanipulasi lawan.
Contoh lain dari pola dasar ini adalah karakter Loki dari mitologi Norse yang kemudian diadaptasi menjadi salah satu tokoh dalam komik Marvel.
Selain itu, Joker juga digambarkan memiliki selera humor.
Uniknya, berbeda dengan karakter musuh Batman pada umumnya, Joker muncul tanpa cerita dan latar belakang.
Dalam komik tersebut, Joker langsung ada dan meneror masyarakat.
Laman NPR bahkan menuliskan, butuh waktu 11 tahun dari kemunculan perdananya untuk mengetahui asal-usul Joker.
Baca juga: Raup Rp 3,26 T dalam Sepekan, Joker Tumbangkan Rekor Venom
Namun, cerita tersebut juga belum menyeluruh.
Ia diceritakan merupakan seorang penjahat yang jatuh ke dalam tong berisi bahan kimia dan berubah menjadi sosok kejam.
Hingga beberapa dekade kemudian, kisah asli kemunculan tokoh ini masih belum terpecahkan.
Perubahan karakter
Karakter Joker yang pada awal kemunculannya dianggap sebagai salah satu penjahat tercerdas, mulai berkurang pada tahun 1950-an.
Saat itu, demam komik mulai melanda semua kalangan, tak terkecuali anak-anak.
Oleh karena itu, DC Comics mulai mengurangi sisi jahat Joker agar cerita tersebut dapat dipasarkan untuk anak-anak dan menghindari sensor ketat dari pihak berwenang kala itu.
Cerita yang terbit pada tahun 1942 berjudul The Joker Walks the Last Mile menjadi titik balik yang mengubah karakter pembunuh berantai tersebut.
Tokoh ini tak lagi digambarkan sebagai seorang kriminal berdarah dingin, tetapi hanya sebagai orang iseng cerdas yang tidak berbahaya.
Baca juga: Menelaah Joker dan Kontroversi Kekerasan di Baliknya
Dalam serial televisi tahun 1960-an, Joker hanyalah seorang sosok yang memperkuat tokoh Batman.
Dia diceritakan sebagai seorang yang iseng dengan seperangkat gadget canggih.
Saat itu, karakter ini diperankan oleh Caesar Romero dan menjadi salah satu serial televisi populer pada zamannya.
Tokoh gila dan berbahaya
Saat itu, penulis Dennis O'Neil melahirkan Joker dengan sifat yang lebih dingin dan gelap dalam komik Batman No. 251.
Keberhasilan O'Neil saat itu, menandai kembalinya Joker sebagai tokoh penjahat dan pembunuh berantai.
O'Neil dan para penulis setelahnya kemudian mulai berfokus pada kegilaan Joker.
Pada periode ini, Joker tidak lagi menakutkan karena dia adalah penjahat yang kejam, tetapi karena dia adalah orang gila yang tidak dapat diprediksi.
Baca juga: Demam Joker, Ingat Ya, Ini Bukan Film untuk Anak-anak!
Dalam salah satu cerita karya Steve Englehart berjudul The Laughing Fish, kegilaan Joker terlihat saat ia meracuni persediaan air dan ikan di dalamnya.
Ia juga mengambil keuntungan dari masalah tersebut. Kisah serupa juga diadaptasi dalam Batman: The Animated Series pada dekade 1990-an.
The Killing Joke
Selanjutnya, karakterisasi sosok ini berubah kembali dengan hadirnya Batman:The Killing Joke karya Alan Moore dan Brian Bolland pada 1988.
Cerita yang diterbitkan pada zaman "kegelapan" komik ini menyuguhkan kisah Joker yang lebih gelap dengan target audiens orang dewasa.
Era ini menandakan perubahan besar dalam karakter Joker, tetapi transformasi itu masih jauh dari lengkap.
The Killing Joke dianggap sebagai salah satu karya revolusioner karena menetapkan gagasan bahwa Joker tidak memiliki asal yang spesifik.
Selain itu, karya ini tidak menceritakan kisah asal mula yang pasti untuk Joker, tetapi hanya kisah yang mungkin diilhami oleh sebuah cerita yang pernah tayang yakni dalam Detective Comics No. 168.
Karakter Joker buatan Moore dan Bolland hanya membutuhkan satu hari berat untuk mengubah seseorang menjadi kejam dan gila.
Pria yang menjadi Joker sebelumnya adalah seorang insinyur yang tidak disebutkan namanya.
Ia berhenti dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kimia dan menjadi pelawak, namun gagal.
Dalam keadaan putus asa, ia menyetujui ide untuk melakukan perampokan.
Namun, sebelum aksi itu dilakukan, istri dan anaknya yang belum lahir meninggal dalam kecelakaan.
Karena kesedihan, sang insinyur mencoba untuk menarik diri dari rencana itu, tetapi para penjahat memaksanya untuk merealisasikan rencana perampokan tersebut.
Usaha itu gagal dengan hadirnya Batman. Di tengah kebingungan dan ketakutan, pria tersebut melompat ke arah tangki berisi bahan kimia.
Peristiwa tersebut ditambah dengan kejadian traumatis sebelumnya melahirkan karakter Joker.
The Killing Joke juga mengubah hubungan antara Joker dengan Batman.
Moore melihat Batman dan Joker sebagai bayangan cermin satu sama lain.
Ia menggambarkan baik Joker dan Batman merupakan entitas serupa, di mana masing-masing memiliki trauma mendalam pada sebuah peristiwa tragis.
Kedua tokoh ini juga memiliki pandangan yang serupa mengenai lingkungan dan dunia.
Hal ini lalu membuat pertarungan Batman dan Joker bukan lagi berdasarkan perkelahian fisik, namun lebih bersifat filosofis.
The Killing Joke membuka pintu ke arah kisah-kisah lain yang mulai menjelajahi karakter Joker sebagai seorang filsuf.
Joker menggambarkan ketakutan masyarakat
Joker versi Nolan yang diperankan oleh Heath Ledger adalah seorang teroris yang mengeksploitasi ketakutan masyarakat akan ekstremisme di Amerika Serikat pasca-peristiwa 9/11.
Dia bukan hanya seseorang yang menolak mengikuti aturan dan perintah dalam masyarakat, tetapi juga berusaha untuk menghancurkannya dan membuat kekacauan pada lanskap politik Kota Gotham.
Adaptasi terbaru yang diperankan Joaquin Phoenix menjadikan tokoh Joker sebagai seseorang yang lebih politis.
Film baru ini berusaha menghilangkan semua misteri dan asal muasal Joker.
Sutradara Todd Phillips menceritakan perjalanan awal sosok ini dalam kisah Arthur Fleck.
Dalam film, ia terlihat mewakili tokoh Marxis yang memiliki nasib malang.
Joker bukan film komik pertama yang bersimpati pada si penjahat Jika film-film superhero sebelumnya selalu meyakinkan kita bahwa kebaikan pada akhirnya menang, tetapi Joker versi Phillips tidak menceritakan hal tersebut.
Ia bahkan memperlihatkan proses pembentukan karakter Joker yang brutal.
Beberapa scene dalam film tersebut memiliki suasana yang mungkin cenderung familiar di masyarakat, seperti adanya ketimpangan kehidupan antara si miskin dan si kaya.
Dengan demikian, maka tak salah jika Joker adalah gambaran ketakutan masyarakat pada zamannya.
"masa" - Google Berita
October 07, 2019 at 06:50PM
https://ift.tt/2OqF3zd
Transformasi Joker dari Masa ke Masa, Penjahat Tertua dalam Sejarah Komik... - Kompas.com - KOMPAS.com
"masa" - Google Berita
https://ift.tt/2lkx22B
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Transformasi Joker dari Masa ke Masa, Penjahat Tertua dalam Sejarah Komik... - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment