Search

Masa Depan Suram Terumbu Karang – Bebas Akses - kompas.id

SATYA WINNIE UNTUK KOMPAS

Keindahan hamparan terumbu karang dan ikan-ikan, Kamis (28/11/2019) di lepas pantai Pulau Lihaga, Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Fenomena perubahan iklim mengancam kelestarian ekosistem perairan. Studi baru yang dipaparkan di San Diego, pada Ocean Sciences Meeting 2020, menyebut meningkatnya suhu permukaan laut dan pengasaman air laut bisa menghilangkan hampir semua habitat terumbu karang pada tahun 2100. Itu menjadi tantangan serius bagi proyek restorasi habitat terumbu karang.

Para ilmuwan memproyeksikan 70- 90 persen terumbu karang akan menghilang selama 20 tahun ke depan akibat perubahan iklim dan polusi. Beberapa kelompok berusaha menahan laju penurunan ini dengan mentransplantasikan karang hidup yang tumbuh di laboratorium ke karang yang sekarat. Karang muda yang baru diharapkan meningkatkan pemulihan terumbu karang dan membawanya kembali ke keadaan sehat.

Namun pemetaan riset baru di mana upaya restorasi seperti itu akan paling berhasil selama beberapa dekade mendatang menemukan, pada tahun 2100, hanya beberapa hingga nol habitat karang yang cocok akan tetap ada. Temuan awal menunjukkan suhu permukaan laut dan keasaman adalah faktor penentu apakah suatu lokasi cocok untuk restorasi.

Baca juga Valuasi Terumbu Karang Agar Jadi Regulasi

“Pada tahun 2100, ini terlihat amat suram,” kata Renee Setter, biogeografer di Universitas Hawaii Manoa yang mempresentasikan temuan baru itu. Riset itu menyoroti dampak buruk pemanasan global bagi kehidupan laut. Meski polusi menjadi ancaman bagi makhluk laut, riset baru menunjukkan karang paling terdampak buruk dari perubahan iklim yang didorong emisi.

“Berusaha membersihkan pantai itu bagus dan berusaha memerangi polusi amat fantastis. Kita perlu melanjutkan upaya-upaya itu. Namun akhirnya memerangi perubahan iklim adalah hal yang perlu kita dukung untuk melindungi karang dan menghindari tekanan yang berlipat ganda,” kata Setter, sebagaimana dikutip Science Daily, Selasa (18/2/2020).

Memerangi perubahan iklim adalah hal yang perlu kita dukung untuk melindungi karang dan menghindari tekanan yang berlipat ganda.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Penyelam mengidentifikasi kondisi beserta kelimpahan karang dan ikan pada sekitar Pulau Hatta di Banda Naira, Maluku Tengah, Selasa (5/11/2019). Kondisi karang di Pulau Hatta sebagai kontrol atau pembanding dari kondisi pada perairan di Taman Wisata Perairan Laut Banda Naira serta Kawasan Konservasi Perairan Ay dan Rhun.

Ekosistem penting

Hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang, merupakan tiga ekosistem penting di daerah pesisir perairan tropika. Hutan dan padang lamun berperan penting melindungi pantai dari arus dan hempasan ombak, serta tempat memijah, membesar, dan mencari makan dari berbagai biota, termasuk yang melindungi ekosistem terumbu karang.

Kelompok Kerja Nasional Informasi Geospasial Tematik Pesisir dan Laut Program Onemap Policy, dalam paparan tertulis, di laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menyatakan, ekosistem terumbu karang dihuni oleh  lebih dari 93.000 spesies,  bahkan diperkirakan lebih dari satu juta spesies mendiami ekosistem ini. Ekosistem terumbu karang merupakan gudang persediaan makanan dan bahan obat bagi manusia.

Keindahannya juga menjadi daya tarik yang bisa menjadi sumber devisa bagi negara melalui kegiatan pariwisata. Ekosistem terumbu karang menjadi tempat tinggal bagi ribuan binatang dan tumbuhan yang banyak di antaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Berjuta penduduk Indonesia bergabung pada ekosistem ini sebagai sumber pencaharian.

Fungsi lain dari ekosistem terumbu karang yang hidup di dekat pantai ialah memberikan perlindungan bagi berbagai properti di kawasan pesisir dari ancaman pengikisan oleh ombak dan arus. Ekosistem terumbu karang yang sangat kaya akan plasma nutfah ini, kendati tampak sangat kokoh dan kuat, ternyata sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Pemandangan terumbu karang yang sangat indah di perairan depan Kampung atau Negeri Rhun di Pulau Rhun, Banda Naira, Maluku Tengah, Maluku, Minggu (3/11/2019). Perairan ini termasuk dalam Kawasan Konservasi Perairan Pulau Ay dan Rhun yang dicadangkan Gubernur Maluku sejak tahun 2016 seluas total 47.968,74 hektar.

Ekosistem terumbu karang sangat dipengaruhi faktor lingkungan laut seperti tingkat kejernihan air, arus, salinitas dan suhu. Tingkat kejernihan air dipengaruhi oleh partikel tersuspensi antara lain akibat dari pelumpuran dan ini berpengaruh pada jumlah cahaya yang masuk ke dalam laut, sementara cahaya sangat diperlukan oleh zooxanthella yang fotosintetik dan hidup di dalam jaringan tubuh binatang  pembentuk terumbu karang.

Arus membawa oksigen yang dibutuhkan hewan-hewan terumbu karang. Kekuatan arus memengaruhi jumlah makanan yang terbawa sehingga memengaruhi kecepatan pertumbuhan binatang karang. Suhu laut optimum bagi kehidupan terumbu karang antara 26 derajat celsius sampai 28 derajat celsius. Kenaikan atau penurunan suhu yang relatif lama dapat mengakibatkan kematian hewan karang.

Terumbu karang tersebar di seluruh dunia dan mencakup lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia, dengan luas diperkirakan mencapai 600.000 kilometer persegi. Saat ini 10 persen dari terumbu karang dunia diprediksi dalam kondisi amat rusak, bahkan tak dapat dipulihkan. Dalam 20 tahun mendatang, apabila tidak ada upaya pelestarian yang intensif, diperkirakan 30 persen dari terumbu karang akan mengalami nasib sama.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Panorama bawah laut Wakatobi di Sulawesi Tenggara menjadi daya tarik bagi wisatawan maupun peneliti domestik maupun luar negeri. Tampak pemandangan ekosistem terumbu karang di sekitar Pulau Tomia, Wakatobi, 27 Januari 2019.

Tidak menentu

Terumbu karang menghadapi masa depan tak menentu karena suhu laut terus naik. Perairan lebih hangat memberi tekanan pada karang, sehingga melepaskan alga simbiotik yang hidup di dalamnya. Itu mengubah komunitas karang berwarna cerah, proses disebut pemutihan. Karang yang memutih tidak mati, tetapi memiliki risiko kematian lebih tinggi.

Dalam studi baru, Setter dan rekan-rekannya memetakan wilayah laut mana yang cocok untuk upaya restorasi karang selama beberapa dekade mendatang. Para peneliti mensimulasikan kondisi lingkungan laut seperti suhu permukaan laut, energi gelombang, keasaman air, polusi, dan penangkapan ikan berlebihan di daerah di mana karang sekarang ada.

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Peserta membawa bibit terumbu karang yang akan ditanam di kawasan perairan Pantai Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Minggu (22/9/2019). Kegiatan yang diselenggarakan yayasan Lombok Eco International Connection itu diikuti lebih dari 100 dari komunitas pemerhati lingkungan, perseorangan, termasuk juga Badan Pencarian dan Pertolongan (Kantor SAR Mataram).

Untuk faktor pencemaran dan penangkapan ikan berlebihan, para peneliti mempertimbangkan kepadatan populasi manusia. Pertimbangan lain yang memengaruhi adalah, penggunaan tutupan lahan untuk memproyeksikan berapa banyak limbah yang akan dilepaskan ke perairan sekitarnya.

Para peneliti menemukan sebagian besar lautan di mana terumbu karang yang ada saat ini tidak akan menjadi habitat yang cocok untuk karang pada tahun 2045. Situasinya jadi lebih buruk saat simulasi diperpanjang hingga tahun 2100.

“Sebagian besar situs tidak ada,” kata Setter. Beberapa situs yang layak pada tahun 2100 hanya mencakup sebagian kecil Baja California dan Laut Merah, yang bukan merupakan lokasi ideal untuk terumbu karang karena kedekatannya dengan sungai.

Meningkatnya suhu dan pengasaman laut sebagian besar dianggap menjadi penyebab utama berkurangnya habitat karang. Peningkatan polusi manusia diprediksi hanya memiliki sedikit kontribusi terhadap hilangnya habitat terumbu karang di masa depan. “ Manusia telah menyebabkan kerusakan begitu luas pada terumbu karang sehingga tidak banyak lokasi tersisa untuk terkena dampak,” kata Setter.

Let's block ads! (Why?)



"masa" - Google Berita
February 24, 2020 at 04:06PM
https://ift.tt/2PlGmyS

Masa Depan Suram Terumbu Karang – Bebas Akses - kompas.id
"masa" - Google Berita
https://ift.tt/2lkx22B

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Masa Depan Suram Terumbu Karang – Bebas Akses - kompas.id"

Post a Comment

Powered by Blogger.