Merdeka.com - Sejak diresmikan tahun 1966, Taman Margasatwa Ragunan hampir tak pernah disentuh perubahan besar. Selama ini, pengelola hanya melakukan perbaikan atau perawatan sederhana.
Pemprov DKI Jakarta melalui Unit Pengelola Teknis Kawasan Ragunan mengusulkan konsep lawas ini dibenahi. Taman Margasatwa Ragunan harus berpoles diri lebih baik sebagai salah satu ikon wisata Jakarta.
Lewat proses sayembara, lahirlah desain modern Taman Margasatwa Ragunan. Arsitek Ario Danar Andito membuat konsep baru Taman Margasatwa Ragunan yang diberi nama Bio Park Ragunan, Island of Nature.
Kepada merdeka.com, Ario menceritakan bagaimana dia dan timnya membuat desain 'wah' untuk Ragunan. Termasuk merancang logo terbaru Ragunan yang terinspirasi dari motif gigi balang dan bentuk ragam mata satwa.
Adapun maknanya, gigi balang merupakan motif tradisional khas Betawi yang harapannya agar menyatu dengan kawasan di sekitar Ragunan. Ujung motif lancip dan lingkaran yang berulang diaplikasikan ke dalam desain logotype sehingga bentuknya menyerupai beragam mata satwa.
Sekilas, konsep desain yang dibuat Ario mirip dengan kebun binatang yang ada di Singapura. Sehingga, bisa dibayangkan bagaimana wajah berkelas Taman Margasatwa Ragunan jika konsep ini benar-benar diimplementasikan secara tepat.
"Iya memang pendekatannya sama. Tren kebun binatang di dunia memang sedang mengadopsi konsep yang sama dengan yang kita tawarkan yakni sifatnya biodevorcity, animal become a king, model lama sudah ditinggalkan. Jadi bukan karena semata berkiblat ke Singapura. San Fransisco sudah seperti itu, Berlin juga menuju ke arah itu. Sebenarnya kalau kita lihat Taman Safari yang pandanya juga sudah dibuat model itu," katanya saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (11/2).
1 dari 3 halaman
Ario mengatakan, butuh waktu lebih kurang tiga bulan merancang konsep revitalisasi Taman Margasatwa Ragunan. Sejumlah ahli turut dilibatkan sebagaimana syarat yang minta panitia.
"Sayembara ini boleh dikatakan memiliki syarat yang sangat detil. Mulai dari arsiteknya, kemudian timnya karena melibatkan ahli keanekaragaman hayati, bisnis planner, ahli zoologi branding desain, ahli transportasi dan lalu lintas. Seingat saya waktu sampai tahap interview itu tersisa 24 peserta, kemudian masuk tahap penjelasan sayembara dan di situlah diminta selesaikan jadi lebih kurang waktu (konsepnya) tiga bulan," kata Ario.
Ario menjelaskan, pada dasarnya sayembara revitalisasi Ragunan tidak berbeda dengan sayembara revitalisasi kompleks Monas beberapa waktu lalu. Namun pada revitalisasi Ragunan, peserta tidak hanya membuatkan desain tetapi juga bisnis planing atau strategis bisnis termasuk harga tiket yang ideal.
Diakuinya, saat merancang desain ada kesulitan-kesulitan kecil yang ditemui. Seperti soal data yang sangat minim diberikan oleh panitia.
"Tapi dengan data di internet yang pernah mengupas sedikit tentang Ragunan dan kebun binatang di seluruh dunia, dari situlah kemudian kami membuat sampling model," katanya.
2 dari 3 halaman
Ario menduga, ada dua hal yang membuat juri tertarik hingga akhirnya memilih konsep Bio Park Ragunan karyanya sebagai pemenang.
"Dari lima nominasi saat itu, mungkin konsep yang kami tawarkan paling realistis dari segi kemungkinan keterbangunannya. Kami mengerti Ragunan itu peninggalan zaman Belanda, mungkin sampai sekarang tidak ada perubahan signifikan kecuali keberadaan Schmutzer, itu juga hibah dari yayasan Schmutzer," katanya.
Dalam konsepnya, Ario menjelaskan rencana penataan Taman Margasatwa Ragunan ke dalam beberapa fase. Berbeda dengan membangun bangunan seperti hotel atau mal, menata Ragunan tidak bisa dilakukan buru-buru dan dan harus selesai dalam kurun waktu satu tahun. Selain ada satwa dan tumbuhan yang harus diperhitungkan, dalam rencananya dijelaskan pula Ragunan tetap harus melayani pengunjung meski ada proyek revitalisasi.
"Jadi ketika zona satu dibangun dia shut down, zona yang lain tetap dibuka," jelasnya.
Penilaian lainnya, kata Ario, kemungkinan karena konsep zona publik yang ada di desain mereka. Zona itu didesain di atas lahan dengan luasan lebih kurang 15 hektare. Pengunjung yang datang hanya untuk bersantai di zona ini diusulkan untuk digratiskan tiket masuk.
"Jadi kayak serambi atau teras Ragunan. Nanti di situ juga ada hewan, jadi pengunjung bisa bersantai di kebun sambil melihat hewan-hewan," katanya.
Keberadaan zona tersebut, katanya, juga memberikan kenyamanan pada pengunjung agar tidak menumpuk di satu area. Pengunjung nantinya bisa memilih akan membeli tiket terusan untuk mengelilingi seluruh area, atau hanya sebagian saja.
"Kemungkinan itu yang membuat tim juri dan gubernur tertarik. Sebab Ragunan adalah kebun binatang yang membawa konsep konservasi hewan, jadi tidak melulu untuk menghibur warga. Tetapi hewan-hewannya juga harus sehat. Keseimbangan itulah yang harus dijaga," kata dia.
Itu sebabnya, kata Ario, saat mendesain Taman Margasatwa Ragunan timnya melibatkan ahli yang diminta mulai dari arborist atau orang yang spesialis yang merawat dan menanam pohon, ahli zoologi, bisnis planner tidak hanya dalam negeri tetapi kelas internasional.
3 dari 3 halaman
Setelah proses sayembara selesai, Ario mengaku sempat diundang Dinas Kehutanan DKI Jakarta untuk membicarakan masterplan. Tetapi, apakah artinya tim perancang akan terlibat jauh dalam project ini, Ario tidak bisa memastikan saat ini.
"Produk sayembara itu bukan produk hukum, yang mengikat bahwa arsitek itu akan ditunjuk menjadi perencana oleh Pemprov DKI. Masih ada pihak luar yang bisa kerjakan proyek tersebut tanpa harus sama dengan sayembara tersebut. Tetapi setelah diumumkan, kita sudah diundang beberapa kali oleh tim TGUPP maupun tim teknis Dinas Kehutanan untuk mencoba merealisasikan tahapannya seperti apa sih. Kami sampaikan harus master planing terlebih dahulu kemudian akan muncul tahapan atau zona yang akan dikerjakan terlebih dahulu, baru dituangkan dalam Detail Engineering Design (DED).
"Karena itukan hubungannya kan nanti ke penganggaran," tutup Ario.
Melihat desain Ario yang diunggah di Instagram Studio Sae akan ada beberapa area menarik di Taman Margasatwa Ragunan. Seperti forest canopy, forest floor, forest verandah, our planet, wet land and grass land, eco lodge, eco lake waterfront hingga food court. Area itu dibuat dengan konsep yang benar-benar hijau sehingga memberikan kenyamanan untuk pengunjung juga satwa sebagai penghuni Taman Margasatwa Ragunan.
[lia]"masa" - Google Berita
February 13, 2020 at 07:04AM
https://ift.tt/2SkvKlY
Wajah Masa Depan Ragunan | merdeka.com - merdeka.com
"masa" - Google Berita
https://ift.tt/2lkx22B
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Wajah Masa Depan Ragunan | merdeka.com - merdeka.com"
Post a Comment