Raut wajah Indira Ramos Veronika Pakpahan (11) berubah seketika dari penuh antusias menjadi mengernyit menahan sakit ketika dirinya berada pada separuh dari total lintasan final lari 60 meter putri di Desa Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (18/1/2020). Walaupun tengah memimpin, pelajar kelas 5 SD Santo Yusuf tersebut sejenak menurunkan kecepatan dan sedikit terpincang pada kaki kanan.
Namun, teriakan penyemangat dari teman-teman dan gurunya yang berdiri di kanan-kiri lintasan, membuat Indira terus berlari. Dia sempat menoleh ke sumber suara tersebut, sebelum menambah kecepatan larinya. Bungsu dari tiga bersaudara itu finis terdepan dengan catatan waktu 10,35 detik.
”Tadi, di tengah lomba, tapak kaki kanan saya keseleo. Rasanya sakit banget. Saya sudah gak sanggup untuk lari lagi. Tapi, tadi dengar teman-teman dan guru yang beri semangat. Demi mengharumkan nama sekolah, saya lanjutkan lagi lari walau tapak kaki kanan terasa senat-senut,” ujar Indira seusai menerima piala dengan engkel kaki kanan dikompres es.
Hari itu, Indira menjadi bintang lintasan Kejuaraan Atletik Kampung perdana yang digagas oleh Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Desa Jatibarang. Selain berhasil menjadi juara lari 60 meter putri, pelajar kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 9 Januari 2009 itu, turut berkontribusi mengantarkan tim A SD Santo Yusuf duduk di peringkat ketiga final estafet 4×60 meter campuran dengan waktu 54,80 detik.
Total, Indira berlomba tiga kali dalam kejuaraan yang berlangsung dari sekitar pukul 08.00 hingga pukul 12.30 itu.
”Cedera engkel kanan Indira mungkin karena dia kelelahan. Hari ini, dia berlomba mungkin paling banyak dari pelajar lain, yakni penyisihan 60 meter putri, final 60 meter putri, dan final estafet 4×60 meter campuran,” kata Hilaria Rini, guru sekaligus Wakil Bidang Kesiswaan SD Santo Yusuf Jatibarang.
Secara keseluruhan, kejuaraan itu memperlombakan tiga nomor, yakni lari 60 meter putra, 60 meter putri, dan estafet 4×60 meter campuran. Jumlah pesertanya mencapai 150 pelajar dari enam Sekolah Dasar se-Jatibarang, dengan rentang usia kelas satu hingga kelas enam.
Perlombaan lari 60 meter putra dimenangkan oleh pelajar SD Persatuan Umat Islam (PUI) Jatibarang Tri Bagus Aprilianto dengan waktu 9,95 detik. Urutan kedua adalah pelajar SD Negeri 2 Jatibarang Baru Fadlan Aryasatya Arviani dengan watku 10,02 detik. Urutan ketiga pelajar SD PUI Jatibarang Mohammad Rifa Wijasmara dengan waktu 10,03 detik.
Perlombaan lari 60 meter putri dimenangkan oleh Indira. Urutan kedua adalah pelajar SD Negeri 2 Jatibarang Baru Zulian Jasmine dengan waktu 10,38 detik. Urutan ketiga pelajar SD Negeri 3 Jatibarang Baru Ninda dengan waktu 10,39 detik. Adapun estafet dimenangkan oleh tim A SD Negeri 3 Jatibarang dengan waktu 53,61 detik, diikuti tim A SD Negeri 4 Jatibarang dengan waktu 53,93 detik, dan tim A SD Santo Yusuf dengan waktu 54,80 detik.
Berkenalan dengan atletik
Kejuaraan itu disambut positif oleh para pelajar, guru, maupun warga setempat. Mereka berbondong-bondong datang sejak pagi buta. Mereka pun tidak kabur pulang kala matahari terik memancar di atas kepala saat perlombaan sedang berlangsung.
Itu menjadi gambaran betapa antusiasme warga untuk mengenal atletik. Selama ini, atletik memang tidak populer di kalangan masyarakat Jatibarang maupun Indramayu. Atletik kalah populer dibanding sepak bola, bulu tangkis, dan bolavoli.
Salah satu indikasinya, hampir semua peserta kejuaraan itu baru kali ini ikut perlombaan atletik. Indira contohnya. Selama ini, dia hanya ikut olimpiade matematika tingkat kecamatan dan lomba pidato bahasa Inggris tingkat kabupaten. Untuk olahraga, dia lebih menggemari dan menggeluti bola basket.
Jadi, Kejuaraan Atletik Kampung ini merupakan perlombaan atletik perdana yang diikutinya. ”Kemarin, saya sempat latihan satu-dua kali seminggu sebelum lomba. Jadi, ini pertama kali saya latihan dan ikut lomba atletik,” tutur Indira.
Cerita yang sama disampaikan oleh juara lari 60 meter putra Tri Bagus Aprilianto. Selama ini, dia lebih menekuni sepak bola. Bahkan, dia bergabung dengan SSB Jatibarang Baru. Di timnya, dia berposisi sebagai sayap kanan sehingga memang terlatih berlari cepat.
”Saya dipilih sekolah untuk ikut lomba ini karena biasa main bola dan punya badan paling tinggi di kelas. Ini pertama kali saya ikut latihan dan lomba atletik,” ujar pelajar kelahiran Indramayu, 2 Mei 2007 tersebut.
Dari perkenalan pertama dengan atletik ini, banyak peserta pun berniat terus menggeluti atletik. Indira maupun Tri Bagus, misalnya, mereka tidak menolak untuk fokus latihan atletik jika ada tawaran untuk bergabung ke pusat pelatihan atau klub. ”Lomba lari enak juga. Gak sesulit sepak bola. Kalau ada yang arahin saya untuk latihan lari, saya mau,” kata Tri Bagus.
Tonggak awal
Sejumlah guru SD yang mengikuti kejuaraan itu pun memberikan respons positif. Bahkan, hampir semuanya berharap ini menjadi tonggak awal perlombaan atletik yang lebih rutin di Jatibarang maupun Indramayu.
Menurut Rini, selama ini, atletik kurang diminati karena minim perlombaan. Di Jatibarang, praktis perlombaan atletik hanya sekali setahun, yakni O2SN tingkat kecamatan. Kalau kejuaraan kampung ini dilaksanakan rutin tiap tahun, artinya perlombaan atletik di Jatibarang menjadi dua kali setahun.
”Kalau perlombaan atletik makin banyak di sini, kami rasa sekolah-sekolah pasti akan lebih fokus membina atletik di sekolah masing-masing. Pelajar pun pasti akan lebih tertarik untuk berlatih atletik karena banyak kejuaraan yang membuat semarak,” tuturnya.
Dekan III Fakultas Ilmu Olahraga UNJ Mustara Musa mengutarakan, kejuaraan ini digagas untuk memasyarakatkan atletik dari tingkat akar rumput. Sebab, atletik ini adalah olahraga dasar yang menjadi modal utama untuk mengembangkan atlet ke olahraga-olahraga lain.
Konsep seperti ini dilakukan oleh Amerika Serikat. Di Negeri Paman Sam, atletik menjadi olahraga wajib di sekolah-sekolah. Kalau ada dasar atletik yang baik, baru nanti pelajar diarahkan ke olahraga yang digemarinya. ”Di Indonesia, anak-anak langsung aja latihan sepak bola, basket, atau lainnya. Akibatnya sering kali atlet itu staminanya jelek atau larinya buruk. Itu karena mereka tidak punya dasar atletik sejak kecil,” terang Mustara.
Mustara menegaskan, pihaknya akan terus menyebarkan virus positif itu. Setelah di Desa Jatibarang, mereka berencana menyelenggarakan kejuaraan serupa di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada Februari nanti.
Setelah itu, mereka berharap masyarakat ataupun pemerintah setempat bisa meneruskan kejuaraan itu menjadi agenda rutin yang idealnya digelar tiga bulan sekali..
”Dari sini, kami berharap juga semakin membuka peluang untuk lahirnya atlet-atlet baru yang potensial. Ini akan berefek positif untuk tim atletik Indonesia karena akan lebih mudah mencari bibit-bibit baru,” pungkas Mustara yang juga manajer pelatnas PB PASI.
"masa" - Google Berita
January 21, 2020 at 03:01AM
https://ift.tt/2NKvxpz
Semangat Pelari Kampung Potensi Prestasi Masa Depan - kompas.id
"masa" - Google Berita
https://ift.tt/2lkx22B
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Semangat Pelari Kampung Potensi Prestasi Masa Depan - kompas.id"
Post a Comment