Search

Masa Depan Pasukan Amerika di Irak Setelah Pembunuhan Qassim Sulaimani | merdeka.com - Merdeka.com

Masa Depan Pasukan Amerika di Irak Setelah Pembunuhan Qassim Sulaimani tentara as di irak. ©Ali Haider/EPA

Merdeka.com - Pemimpin populis Syiah di Irak, Muqtada Al-Sadr menyerukan jutaan orang untuk turun ke jalan menentang kehadiran pasukan Amerika Serikat (AS) di Irak, hanya beberapa hari setelah parlemen Irak menggelar pemungutan suara untuk mengusir pasukan asing dari Irak.

"Udara, tanah dan kedaulatan Irak dilanggar setiap hari oleh para pasukan yang menduduki wilayah ini," tulis Sadr, yang juga pemimpin blok politik Sairoon di Twitter, dikutip dari Aljazeera, Rabu (15/1).

"Jutaan orang, penuh kedamaian, bersatu unjuk rasa untuk mengutuk kehadiran Amerika dan pelanggarannya," ujarnya tanpa menyebut secara spesifik tanggal dan lokasi unjuk rasa.

Pada 5 Januari, parlemen Irak mengesahkan sebuah resolusi yang menyerukan pemerintah mengusir pasukan asing dan menunda permintaan bantuan koalisi AS yang bertugas di Baghdad untuk melawan ISIS.

Sekitar 5.000 pasukan AS ditempatkan di Irak - sebagian besar dari mereka tentara yang datang ke Irak dalam kapasitas penasehat untuk membantu Pasukan Mobilisasi Populer yang didukung Iran (PMF, atau Hashd Al-Shaabi), sebuah kelompok yang sebagian besar didukung paramiliter Syiah yang didukung Iran, dari 2014 hingga 2017 dalam perjuangan mereka melawan ISIS.

Pemungutan suara parlemen dilaksanakan setelah serangan udara AS yang menewaskan Panglima Pasukan Garda Revolusi Iran, Qassim Sulaimani dan komandan paramiliter Irak, Abu Mahdi Al-Muhandis di luar Bandara Internasional Baghdad. Pembunuhan itu atas perintah Presiden AS, Donald Trump.

Sadr mengecam resolusi parlemen tersebut dan menilainya sebagai respons lembek. Dia menilai langkah itu tidak tepat atas perkembangan terakhir di Irak dan menyerukan kelompok-kelompok bersenjata di Irak untuk bersatu.

Dalam sebuah surat kepada parlemen yang dibacakan oleh seorang pendukung saat itu, Sadr mendaftar sejumlah permintaan, termasuk penundaan secepatnya atas persetujuan kerjasama keamanan dengan AS, penutupan Kedutaan Besar AS, pengusiran pasukan AS secara tidak hormat, dan mengkriminalisasi komunikasi dengan pemerintah AS.

Pada Senin, Sadr menggelar pertemuan dengan para pemimpin sejumlah kelompok bersenjata PMF di Qom, Iran.

Pertemuan tersebut juga dihadiri Kataib Hizbullah, kelompok bersenjata Irak yang memiliki 25 pejuang yang terbunuh saat AS melancarkan serangan udara pada 30 Desember 2019, sebagai reaksi balasan pembunuhan kontraktor sipil AS dua hari sebelumnya.

Hadir juga Asaib Ahl Al-Haq, kelompok bersenjata Syiah yang dipimpin Qais Al-Khazali, yang masuk daftar hitam AS karena diduga berperan dalam pembunuhan pengunjuk rasa di Irak.

Nasser Al-Shammari, Wakil Sekjen Brigade Hizbullah Al-Naujabaa, kelompok lain yang menghadiri pertemuan di Qom, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembicaraan mereka seputar pembentukan satuan perlawanan
dan bagaimana cara mengusir pasukan AS dan pasukan asing lainnya dari Irak.

1 dari 3 halaman

'Kepada Semua Warga Irak'

Mengomentari seruan Sadr tersebut, Amir Al Kanani, seorang pemimpin Gerakan Sadrist, yang dibentuk Sadr, mengatakan unjuk rasa tersebut bertujuan untuk menekan pemerintah agar mengambil langkah cepat menyusul pemungutan suara parlemen.

"Setelah parlemen melakukan pemungutan suara untuk mengusir tentara asing, batas waktu untuk mereka agar segera keluar harus ditetapkan," kata Kanani kepada Aljazeera.

"Seruan unjuk rasa ditujukan kepada semua warga Irak untuk meningkatkan tekanan kepada pemerintah Irak."

Menurut Kanani dan perwakilan media PMF, unjuk rasa tersebut kemungkinan akan digelar pada Jumat besok, tapi rinciannya belum dikonfirmasi.

"Komite koordinasi di seluruh Irak akan bertanggung jawab untuk memfinalisasi kapan dan di mana unjuk rasa akan digelar. Bisa jadi hanya di Baghdad atau di sejumlah kota besar," jelas Kanani.

2 dari 3 halaman

Dukungan Kelompok Syiah

Mohamed Mohi, juru bicara Kataib Hizbullah, mengonfirmasi kepada Aljazeera bahwa kelompoknya mendukung seruan Sadr, menambahkan bahwa unjuk rasa itu mungkin diadakan di Lapangan Tahrir Baghdad karena memiliki makna simbolis.

Jawad Al-Talabawi, juru bicara kelompok bersenjata Asaib Ahl Al-Haq, mengatakan kepada Aljazeera bahwa unjuk rasa kelompok itu bertujuan menyatukan semua warga Irak untuk mengutuk kehadiran AS di Irak.

Naeem Al-Aboudi, seorang anggota blok parlemen Sadiqoon, sayap politik Asaib Ahl Al-Haq, meminta rakyat Irak untuk "bersatu" dan bergabung dalam aksi unjuk rasa, menulis di Twitter.

Akram Al-Kaabi, pemimpin Brigade Hizballah Al-Naujabaa, mendukung seruan Sadr.

"Ini untuk mendukung unjuk rasa berjuta orang yang disebut oleh Sayid Muqtada Al-Sadr. Kami menyerukan kepada orang-orang kami, yang menolak penghinaan dan penaklukan, untuk ikut serta menyerukan moto 'Tolak kehadiran AS', dan berdiri bersatu di bawah bendera Irak," tulis Kaabi di Twitter.

3 dari 3 halaman

Muncul Penolakan

Tapi di alun-alun Tahrir, Baghdad, pusat gerakan massa di ibu kota, pengunjuk rasa menolak seruan Sadr pada Selasa, mengatakan mereka ingin eskalasi antara Iran dan AS pindah dari negaranya.

"Kami menolak seruan (unjuk rasa) karena tak ada urusannya dengan tuntutan kami," kata mahasiswa 20 tahun, Jaber Al-Khalili, kepada Aljazeera.

"Kami tidak tertarik seruan Sadr atau pemimpin politik lainnya. Kami ingin mereka (pemimpin politik) pergi."

Ali Khraybit, seorang pembuat film dan pengunjuk rasa, setuju.

"Seruan ini khusus untuk pendukung dan anggota kelompok politik dan bersenjata Syiah. Seruan ini tak ada urusannya dengan tuntutan kami sebagai pengunjuk rasa," ujarnya.

"Sadrist di antara kami mungkin ikut berunjuk rasa, tapi gerakan massa secara keseluruhan tidak. Kami hanya ingin Iran dan AS bertempur jauh dari sini (Irak)," imbuhnya.

Unjuk rasa di Baghdad berlangsung sejak Oktober lalu untuk menuntut perombakan total sistem politik, yang para demonstran lihat sebagai korup, sektarian dan melanggar hak-hak dasar rakyat Irak.

Irak mengalami kebuntuan politik sejak pengunduran diri Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi pada November dan karena blok parlemen tidak dapat menyepakati seorang calon untuk membentuk pemerintahan baru.

Setidaknya 470 orang tewas dan 20.000 lainnya terluka dalam kekerasan aparat keamanan.

Aktivis dan jurnalis juga menjadi sasaran, banyak yang melaporkan adanya intimidasi, penculikan, dan pembunuhan.

[pan]

Let's block ads! (Why?)



"masa" - Google Berita
January 16, 2020 at 07:35AM
https://ift.tt/2QXOnvl

Masa Depan Pasukan Amerika di Irak Setelah Pembunuhan Qassim Sulaimani | merdeka.com - Merdeka.com
"masa" - Google Berita
https://ift.tt/2lkx22B

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Masa Depan Pasukan Amerika di Irak Setelah Pembunuhan Qassim Sulaimani | merdeka.com - Merdeka.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.