Search

Konsumen RI Masih Optimistis, Rupiah Masa Gak Bisa Menguat? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (6/4/2020), meski ada kabar bagus dari risiko penyebaran virus corona (Covid-19) dan konsumen dalam negeri.

Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 16.400/US$. Tetapi tidak lama rupiah langsung melemah 0,3% ke Rp 16.450/US$, dan tertahan di level tersebut hingga pukul 13:00 WIB.

Mayoritas mata uang utama Asia memang sedang melemah melawan dolar AS pada hari ini, hanya dolar Singapura dan won Korea Selatan yang menguat. Ini berarti the greenback memang sedang perkasa di pasar Asia.


Sementara itu dari dalam negeri, ada kabar bagus dari risiko penyebaran COVID-19. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah merampungkan penelitian terkait dengan pengaruh cuaca dan iklim dalam penyebaran virus corona (Covid-19).
Penelitian ini melibatkan 11 Doktor di Bidang Meteorologi, Klimatologi dan Matematika, serta didukung oleh Guru Besar dan Doktor di bidang Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kajian itu berdasarkan analisis statistik, pemodelan matematis dan studi literatur tentang Pengaruh Cuaca dan Iklim dalam Penyebaran COVID-19.

Hasilnya Covid-19 mempunyai penyebaran yang optimum pada suhu yang sangat rendah (1 - 9 °C), dengan kelembapan 60-90%. Sementara Indonesia yang juga terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 27- 30 derajat celcius. Adapun kelembapan udara berkisar antara 70 - 95%, dari kajian literatur sebenarnya merupakan lingkungan yang cenderung tidak ideal untuk penyebaran COVID-19.


Namun demikian, fakta menunjukkan, kasus gelombang ke-2 Covid-19 telah menyebar di Indonesia sejak awal Maret 2020 yang lalu. Hal tersebut diduga akibat faktor mobilitas manusia dan interaksi sosial yang lebih kuat berpengaruh, daripada faktor cuaca dalam penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia.

"Meningkatnya kasus pada gelombang ke dua saat ini di Indonesia tampaknya lebih kuat dipengaruhi oleh pengaruh pergerakan atau mobilitas manusia dan interaksi sosial," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam siaran persnya, Minggu (5/4/2020).

Laporan Tim BMKG-UGM merekomendasikan berdasarkan fakta dan kajian terhadap beberapa penelitian sebelumnya, bahwa apabila mobilitas penduduk dan interaksi sosial ini benar-benar dapat dibatasi, disertai dengan intervensi kesehatan masyarakat, maka faktor suhu dan kelembapan udara dapat menjadi faktor pendukung dalam memitigasi atau mengurangi risiko penyebaran wabah tersebut.

Hal ini tentunya menjadi kabar bagus, artinya ada harapan penyebaran corona di Indonesia tidak akan separah Eropa atau Amerika Serikat.

Sementara itu Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Maret 2020 sebesar 113,8, turun dari bulan sebelumnya 117,7. Konsumen masih pede, karena nilai indeks di atas 100.

Angka indeks di bulan Maret 2020 adalah yang terendah sejak September 2016, meski demikian setidaknya masih ada optimisme di benak konsumen, sehingga belanja tidak akan menurun drastis. Dengan perekonomian global yang dibuat merosot hingga ke jurang resesi oleh COVID-19, sikap optimistis konsumen meski menurun, bisa menjadi kabar bagus.

IKK adalah salah satu indikator permulaan (leading indicator) untuk meneropong arah perekonomian ke depan. Ketika konsumen masih yakin dan berniat untuk meningkatkan konsumsi, maka prospek ekonomi akan cerah. Sebaliknya jika konsumen pesimistis maka prospek pertumbuhan ekonomi juga mendung, karena konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Meski demikian, dolar AS masih terlalu perkasa bagi rupiah dan negara-negara emerging market lainnya. Terbukti hingga siang ini, hanya dolar Singapura dan won Korea Selatan yang merupakan mata uang negara maju yang bisa menguat melawan dolar AS.

Mata uang negara emerging market tentunya lebih berisiko dibandingkan negara maju, dengan kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan menuju resesi akibat corona, dolar AS masih menjadi pilihan utama para pelaku pasar.

[Gambas:Video CNBC]


Let's block ads! (Why?)



"masa" - Google Berita
April 06, 2020 at 02:16PM
https://ift.tt/2XcF7GZ

Konsumen RI Masih Optimistis, Rupiah Masa Gak Bisa Menguat? - CNBC Indonesia
"masa" - Google Berita
https://ift.tt/2lkx22B

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Konsumen RI Masih Optimistis, Rupiah Masa Gak Bisa Menguat? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.